Persalinan adalah
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat hidup ke
dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar
Rustam.1998 : 91)
Tanda-tanda persalinan sudah dekat
adalah:
a.
Ibu merasa ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
b.
Perineum menonjol.
c.
Ibu kemungkinan merasa ingin BAB.
d.
Vulva vagina dan spinchter anus
membuka.
e.
Jumlah pengeluaran lendir dan darah
meningkat.
2.1 Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme
persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul
ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin
itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul.
Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang
paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk
dilahirkan.
Mekanisme
persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan
berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul
pada saat melewati jalan lahir. Dimulai dengan:
a. Masuknya
kepala janin pada PAP
Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada
akhir kehamilan. Masuk periode inpartu dalam keadaan kepala engaged. Pada
nulipara, masuknya kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal
persalinan. masuk periode inpartu dalam keadaan floating (melayang di atas PAP).
Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter
terbesar bagian terendah janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin
bergantian pada situasi :
1) Sinklitismus
Jika
sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat antara simfisis
pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan belakang sama rendah.
2) Asinklitismus
Jika
sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati promontorium dan ke depan
mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi asinklitismus. Yaitu
Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium dan tulang
ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-ubun belakang). Dan Asinklitismus
Posterior (Sutura sagitalis mendekati simfisis pubis, tulang ubun-ubun/parietal
belakang lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan.
b. Turunnya
kepala janin ke dasar panggul
Pada
primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum persalinan,
sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala II. Pada
nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan.
Penyebab
majunya kepala antara lain :
1) Tekanan
cairan intrauterin
2) Tekanan
langsung oleh fundus pada bokong
3) Kekuatan
mengejan
4) Melurusnya
badan anak oleh perubahan bentuk rahim
c. Fleksi
Dengan
turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun kecil (UUK)
lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter fronto oksipital
(12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto diameter
anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil
yang akan melewati jalan lahir.
Fleksi
ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan
fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
d. Putaran paksi dalam
Yang
dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke
bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke bawah
symphysis.
Putaran
paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan
suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan
dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III,
kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :
1) Pada
letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
2) Bagian
terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan
kanan.
3) Ukuran
terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
e. Ekstensi
Setelah
putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi
atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya
ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Setelah
suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan
tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut
dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hypomochlion.
f. Putaran paksi luar
Setelah
kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan
ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar).
Selanjutnya
putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadicum
sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya
dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
g. Ekspulsi
Setelah
putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
2.2 Asuhan Sayang Ibu
Pengertian
asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu ( Depkes RI 2007 ). Asuhan sayang ibu juga dengan memberikan
asuhan yang aman, berdasarkan temuan dan turut meningkatkan angka kelangsungan
hidup ibu.
a. Anjurkan
agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan
kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu
sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
Alasan: Hasil
persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga
yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al, 2000).
Bekerja
bersama anggota keluarga atau pendamping untuk :
1)
Mengucapkan kata-kata yang memberikan
hati dan pujian kepada ibu.
2)
Membantu ibu bernafas
secara benar pada saat kontraksi.
3)
Memijat punggung, kaki atau kepala ibu
dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.
4)
Menyeka muka ibu secara lembut dengan
menggunakan kain yang membasahi air hangat atau dingin.
5)
Menciptakan suasana kekeluargaan dan
rasa aman.
b. Anjurkan
keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti
posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman
bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan
bayinya.
c. Penolong
persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota
keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau
kelahiran bayi kepada mereka.
d. Tenteramkan
hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan. Lakukan bimbingan
dan tawarkan bantuan jika diperlukan.
e. Bantu
ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
f. Setelah
pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan
spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan napas. Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.
Alasan: Meneran
secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga terjadi kelelahan
yang tidak perlu dan meningkatkan risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat
turunnya pasokan oksigen melalui plasenta (Enkin, et al, 2000).
g. Anjurkan
ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
Alasan: Ibu
bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal
tersebut. (Enkin, et al, 2000).
h. Anjurkan
ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minuman air) selama persalinan
dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten
persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi
cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum
dan makanan ringan selama proses persalinan. Karena makanan ringan dan asupan
cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan
mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa
memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan
kurang efektif.
i.
Adakalanya ibu merasa khawatir dalam
menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan
hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan
mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran
bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali
penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan
apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan
(misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, periksa dalam).
j.
Menjaga lingkungan tetap bersih
merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu
dan bayinya. Hal
ini merupakan unsur penting dalam asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam
menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik, juga akan melindungi
penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi yang baik, juga akan
melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti
praktik-praktik pencegahan infeksi yang telah ditetapkan untuk mempersiapkan
persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk mandi pada saat awal
persalinan dan pastikan ibu memakai
pakaian yang bersih. Cuci tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril
atau disinfeksi tingkat tinggi dan gunakan sarung tangan saat diperlukan.
Karena pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan
prosedur pencegahan infeksi secara baik dan benar juga dapat melindungi
penolong terhadap risiko infeksi.
k. Anjurkan
ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan.ibu
harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin
berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum
memeriksa denyut jantung janin (amati atau lakukan palpasi tepat diatas
simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan
antarkan ibu untu berkemih dikamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke
kemar mandi, berikan wadah urin.
l.
WHO dan Asosiasi Rumah sakit
Internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan ruang bersalin dengan kamar
mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu lintas antar
ruang, potensi cemaran mikroorganisme, percikan air atau lantai yang basah akan
meningkatkan resiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong
sendiri.
1) Hindarkan
terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk: Memperlambat
turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan
2) Menyebabkan
ibu tidak nyaman.
Meningkatkan risiko
perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri.
Mengganggu
penatalaksanaan distosia bahu.
Meningkatkan risiko
infeksi saluran kemih pascapersalinan.
A.
Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep
asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
1. Asuhan
yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan
hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan,
menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
2. Asuhan
sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai
kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan
keluarga dalam pengambilan keputusan.
3. Asuhan
sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
4. Asuhan
sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
5. Asuhan
sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang
terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
B.
10 Langkah Asuhan Sayang Ibu
1. Menawarkan
adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan
fisik secara berkesinambungan.
2. Memberi
informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan.
3. Memberi
asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat.
4. Memberikan
kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang
nyaman bagi ibu.
5. Merumuskan
kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan.
6. Tidak
rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian
ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, edema, pemberian cairan intervena,
menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara
elektronik.
7. Mengajarkan
pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa
obat-obatan.
8. Mendorong
semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.
9. Menganjurkan
tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
10. Berupaya
untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
C.
Prinsip Umum Sayang Ibu
1. Memahami
bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
2. Menggunakan
cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi.
3. Memberikan
rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
4. Asuhan
yang diberikan berpusat pada ibu.
5. Menjaga
privasi serta kerahasiaan ibu.
6. Membantu
ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
8. Mendukung
ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
9. Menghormati
praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
10. Memantau
kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
11. Memfokuskan
perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
D.
Asuhan Sayang Ibu dalam Proses
Persalinan Antara Lain
1. Memanggil
ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
2. Meminta
ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam
pemberian asuhan.
3. Bidan
memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu
dan keluarga.
4. Memberikan
informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan
proses persalinan.
E.
Mengatur
posisi meneran
1. Menganjurkan
ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan
bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti
posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau
merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu
turunnya kepala bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu
untuk sering berganti posisi selama persalinan.
2. Beritahukan
pada ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menit, karena jika ibu
berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,
plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat
menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu,
posisi terlentang berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan
persalinan.
3. Saat
pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya, dan beristirahat diantara kontraksi. Jika diinginkan, ibu dapat
mengubah posisinya. Posisi berdiri atau jongkok, dapat mempersingkat kala dua
persalinan. Biarkan ibu untuk mengeluarkan suara selama persalinan dan proses
kelahiran berlangsung.
4. Sebagian
besar penolong akan memimpin persalinan dengan menginstruksikan untuk menarik
nafas panjang dan meneran, segera setelah pembukaan lengkap. Biasanya, ibu
dibimbing untuk meneran tanpa berhenti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai
empat kali per kontraksi. Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran
dengan tenggorokan terkatup atau manuver Valsava. Hal ini ternyata dapat
mengurangi pasokan oksigen ke janin. Pada banyak penelitian, meneran dengan
cara tersebut di atas, berhubungan dengan kejadian menurunya denyut jantung
janin (DJJ) dan rendahnya Apgar. Karena cara ini berkaitan dengan buruknya
keluaran janin, maka cara ini sebaiknya tidak digunakan. Dianjurkan untuk
menatalaksana kala dua persalinan secara fisiologis.
F.
Membimbing
Ibu untuk Meneran
Bila tanda pasti kala
dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk
meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi.
G.
Mendiagnosa
kala dua persalinan dan memulai meneran:
1. Cuci
tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir).
2. Pakai
satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
3. Beritahu
ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam.
4. Lakukan
periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10 cm),
lalu lepaskan sarung tangan.
5. Jika
pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman
(bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin. Ajarkan
cara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya
(lihat pedoman fase aktif persalinan) dan catatkan semua temuan pada partograf.
6. Jika
ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum
saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernapas cepat selama
kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan
beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan
saat yang tepat untuk itu.
7. Jika
pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil
posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan
mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu
dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada partograf. Beri cukup
minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat di
antara kontraksi.
8. Jika
pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu
untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk
berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut
dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua temuan pada partograf.
Berikan cukup cairan dan anjurkan/perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi puting susu mungkin dapat
meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi. Jika ibu ingin meneran, lihat
petunjuk pada butir 7 diatas.
9. Jika
ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,
anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu
mengubah posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap
5-10 menit. Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
10. Jika
bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran
bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala
bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
2.3 Cara Meneran
a. Anjurkan
ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.
b. Beritahukan
untuk tidak menahan nafas saat meneran.
c. Minta
untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.
d. Jika
ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran
jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
e. Minta
ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
f. Tidak
diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan
pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri. Peringatkan
anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka mencoba melakukan
itu.
POSISI UNTUK PERSALINAN
POSISI
|
ALASAN / RASIONALISASI
|
Duduk / setengah
duduk
|
Lebih
mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati/mensupport perineum
|
Posisi merangkak
|
Baik
untuk persalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi,
peregangan minimal pada perineum
|
Berjongkok / berdiri
|
Membantu
penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul, memperbesar dorongan untuk
meneran
|
Berbaring miring ke
kiri
|
Memberi rasa santai
bagi ibu yang letih, memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu
mencegah terjadinya laserasi
|
Sumber :
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : BPSP